Berita  

Nuklir: Solusi Energi atau Bencana?

Nuklir: Solusi Energi atau Bencana?
Nuklir: Solusi energi atau Bencana?

Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi, yang mencerminkan tingkat kemajuan suatu negara. Sejalan dengan itu, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan telah menyatakan targetnya mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060 atau lebih awal. Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi fosil menimbulkan tantangan tersendiri.

Pada tahun 2023, bauran energi Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil, dengan batubara berkontribusi sebesar 40,46%, minyak bumi 30,18%, dan gas bumi 16,28%, sementara energi baru terbarukan (EBT) nasional, hingga Mei 2025, baru sekitar 12,3% hingga 14,2%. Padahal sumber energi terus berkurang. Di sisi lain peningkatan bauran EBT memiliki sejumlah hambatan diantaranya; Biaya awal tinggi, return of investment (RoI) Rendah dan Pendanaan yang terbatas serta persoalan geografis dan tantangan integrasi ke jaringan listrik.

Pengembangan kendaraan listrik hanya menjadi solusi semu. Tidak sepenuhnya ramah lingkungan, karena sumber listrik di pembangkitnya masih didominasi oleh pembangkit berbasis fosil. Transisi ke kendaraan listrik hanya “melokalisir” emisi. Bukan menghilangkannya. Emisi karbon yang sebelumnya dihasilkan langsung oleh knalpot kendaraan, bergeser ke lokasi pembangkit listrik, tanpa mengurangi jejak karbon secara keseluruhan.

Exit mobile version