
Kita sering menemukan seseorang yang mampu melafalkan ayat Al-Qur’an dengan sangat fasih, tetapi tidak mampu menjelaskan makna setiap kata yang diucapkannya. Kita juga melihat anak muda yang hafal lagu Barat dari awal hingga akhir, namun tidak mengerti arti satu kalimat pun di dalamnya. Fenomena seperti ini tampak sederhana, tetapi bagi otak perbedaannya sangat fundamental.
Dalam neurosains, bahasa tidak dipahami sebagai bunyi belaka. Bahasa adalah alat berpikir. Saat seseorang mengetahui arti kata, hubungan antar gagasan, dan konteksnya, otak mengolah bahasa sebagai mesin bernalar. Wernicke’s area bekerja memahami makna, Broca’s area menyusun struktur, dan prefrontal cortex mengolah logika, sebab akibat, serta pengambilan keputusan.
Bahasa yang dipahami berubah menjadi instrumen intelektual. Bahasa menghasilkan kemampuan menjelaskan ulang, menarik kesimpulan, berargumentasi, dan melahirkan ide baru.