
Hampir satu juta lebih banyak kematian dibandingkan kelahiran tercatat di Jepang tahun lalu, menjadi penurunan populasi tahunan paling tajam sejak survei pemerintah dimulai pada 1968.
Perdana Menteri Shigeru Ishiba menggambarkan krisis demografi akibat menuanya populasi Jepang sebagai ‘quiet emergency’, serta menjanjikan kebijakan ramah keluarga seperti penitipan anak gratis dan jam kerja yang lebih fleksibel.
Namun, upaya untuk membalikkan rendahnya angka kelahiran di kalangan perempuan Jepang sejauh ini belum memberikan dampak berarti.