
Latar Belakang
Banjir besar yang melanda Jabodetabek dan beberapa wilayah Indonesia sejak 3 Maret 2025 menjadi bencana alam yang mengejutkan. Meski curah hujan pada periode ini lebih rendah dibandingkan dengan banjir Tahun Baru 2020, dampaknya terasa lebih merusak, terutama di Kabupaten dan Kota Bekasi. Ini menimbulkan pertanyaan: apa yang membuat banjir kali ini lebih parah?
Fakta Penting
Data menunjukkan bahwa banjir Maret 2025 mengungkapkan kelemahan sistem pengelolaan risiko banjir di Indonesia. Alih fungsi lahan, pengecekan ilegal di sepanjang sungai, dan akumulasi sedimentasi menjadi faktor utama yang memperparah situasi. Selain itu, kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah terlihat kurang efektif, meski sudah ada peringatan sebelumnya.
Dampak Sosial dan Politik
Bencana ini tidak hanya merusak infrastruktur tetapi juga mengguncangkan keyakinan masyarakat terhadap sistem manajemen bencana. Sejak banjir Tahun Baru 2020, harapan besar ditanamkan untuk peningkatan kesiapsiagaan. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut belum memberikan hasil yang signifikan.
Penutup
Banjir Maret 2025 mengingatkan kita bahwa curah hujan bukan satu-satunya penentu risiko banjir. Tanpa perbaikan sistematis dalam pengelolaan risiko, Indonesia mungkin terus berhadapan dengan bencana serupa di masa depan. Pertanyaannya, apakah kita siap mengubah paradigma pengelolaan bencana untuk mencegah hal ini terjadi lagi?