Berita  

Banjir 2025: Siapakah yang Bertanggung Jawab atas Krisis Lingkungan?

Banjir 2025: Siapakah yang Bertanggung Jawab atas Krisis Lingkungan?
banjir 2025: Siapakah yang Bertanggung Jawab atas Krisis Lingkungan?

Paragraf Pembuka
Banjir 2025 bukan hanya sekadar fenomena alam, melainkan manifestasi dari Krisis Lingkungan yang semakin parah di Indonesia. Dari Medan hingga Jakarta, banjir kini menjadi pemberitaan rutin media, sementara daerah yang sebelumnya jarang terkena bencana juga mulai dilanda banjir.
Latar Belakang
Banjir di Mandailing Natal (2018), Sentani (2019), Manado (2023), dan terbaru Jabodetabekjur (2025) menunjukkan pola yang jelas: deforestasi sebagai penyebab utama. Kerusakan hutan di Sungai Aek Sibontar, Cagar Alam Pegunungan Cycloop, dan hulu Sungai Ciliwung telah mengakibatkan erosi, rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS), dan debit air yang tidak terkendali.
Fakta Penting
– Banjir Mandailing Natal 2018 akibat jebolnya tanggul karena debit air naik.
– Sentani 2019: deforestasi menyebabkan kekeringan dan ancaman banjir saat hujan deras.
– Manado 2023: erosi di sekitar Danau Tondano akibat deforestasi.
– Jabodetabekjur 2025: alih fungsi hutan menjadi kawasan pertanian dan perumahan memperparah situasi.
Dampak
Banjir 2025 menandai titik kritis Krisis Lingkungan Indonesia. Bencana ini tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengancam kehidupan masyarakat dan ekosistem.
Penutup
Apa langkah nyata yang akan diambil pemerintah untuk menghentikan deforestasi dan memulihkan hutan? Banjir 2025 adalah alarm yang tidak boleh diabaikan. Krisis Lingkungan Indonesia membutuhkan solusi yang cepat dan berkelanjutan.

Exit mobile version