Berita  

[AI Menguji Etika: Kecerdasan vs Kemanusiaan]

[AI Menguji Etika: Kecerdasan vs Kemanusiaan]
[AI Menguji Etika: Kecerdasan vs Kemanusiaan]

Gemuruh gelombang inovasi kecerdasan buatan (AI) generatif bak ombak besar yang menerjang segala aspek kehidupan manusia. Dari menghasilkan narasi dalam bentuk teks yang nyaris sempurna baik secara tata bahasa maupun alur berpikir manusia, menciptakan gambar yang mengagumkan, hingga mampu menyusun kode program untuk algoritma yang kompleks. Kemampuan ai generatif ini sungguh mencengangkan. Namun, di tengah euforia kemajuan ini ada satu hal krusial yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu etika.

Kita menyaksikan secara langsung kemudahan akses AI generatif ini. Semua kalangan dapat dengan mudah mengaksesnya. Kemudahan ini sayangnya juga membuka pintu penyalahgunaan yang mengkhawatirkan. Bayangkan bagaimana mudahnya informasi palsu ( hoax ) diproduksi, baik yang berbentuk teks, gambar, bahkan video. Teknologi Deepfake misalnya, yang mampu memanipulasi video dan audio.

Jika kita lihat “dapur” teknologi AI generatif yang sampai mampu memproduksi suatu konten, teknologi ini dilatih menggunakan sejumlah data yang sangat besar. Jika dalam data itu terdapat bias, maka luaran yang dihasilkan pun berpotensi memiliki bias dan sangat mungkin menghasilkan konten diskriminatif dan nir-keadilan. Misalnya, AI yang dilatih dengan data yang kurang representatif pada kelompok minoritas dapat menghasilkan stereotipikal atau bahkan kerugian pada kelompok tertentu. Hal ini bukanlah masalah teknis, tetapi sudah menyangkut isu keadilan sosial.

Exit mobile version