
Latar Belakang
“Aku suka Rusia, bahasanya dan budayanya,” ujar Aminata, perempuan berusia 20 tahun dari Sierra Leone. Dengan semangat tinggi, ia bersiap meninggalkan tanah kelahirannya dalam beberapa minggu ke depan untuk menempuh program magang di Rusia, jauh di 7000 kilometer dari rumahnya. Biaya perjalanannya ditanggung oleh program Alabuga Start, yang dinamai sesuai kawasan industri di barat daya Rusia. Program ini menyediakan asrama bagi para pesertanya dan menjanjikan prospek karier dengan penghasilan baik, khususnya bagi pelamar perempuan dari negara-negara kurang mampu.
Fakta Penting
Program Alabuga Start tidak hanya memberikan kesempatan magang, tetapi juga menjanjikan asrama dan penghasilan yang menarik. Namun, di balik janji-janji itu, muncul laporan-laporan tentang ‘jebakan maut’ yang menjerat perempuan Afrika. Beberapa peserta mengaku dipaksa bekerja dalam kondisi keras dan tidak mendapatkan upah sesuaijanji. Aminata sendiri mengaku tidak mengetahui risiko-risiko tersebut sebelum mendaftar.
Dampak
Kisah Aminata menggambarkan bagaimana impian untuk meningkatkan kualitas hidup bisa berubah menjadi mimpi buruk. Program magang yang seharusnya membuka pintu karier justru menjerat para perempuan muda dengan kondisi kerja tidak layak. Ini menjadi peringatan bagi negara-negara afrika untuk lebih berhati-hati dalam memilih program magang di luar negeri.
Penutup
Aminata dan perempuan lainnya seperti dirinya menghadapi dilema antara impian dan kenyataan. Sementara program seperti Alabuga Start menjanjikan masa depan yang lebih baik, risiko yang terkait dengannya tidak boleh dianggap enteng. Apakah program ini benar-benar menjanjikan, atau hanya ‘jebakan maut’ yang menjerat impi-an para perempuan muda? Hanya waktu yang akan memberikan jawaban.