Berita  

Ketua MUI Ingatkan Menkeu Purbaya: Jaga Lisan, Jangan Arogan!

Ketua MUI Ingatkan Menkeu Purbaya: Jaga Lisan, Jangan Arogan!
Ketua MUI Ingatkan Menkeu Purbaya: Jaga Lisan, Jangan Arogan!

Ketua MUI Minta Menkeu Purbaya Berbicara dengan Hati
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, Cholil Nafis, mengingatkan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa untuk lebih bijak dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Cholil menekankan pentingnya menjaga lisan dan menghindari sikap arogan yang dapat merusak citra publik.
Latar Belakang Peringatan Cholil Nafis
Cholil mengaku prihatin melihat sejumlah pejabat publik yang kurang arif dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Menurutnya, Purbaya juga perlu lebih berhati-hati dalam menyampaikan alasan dan permintaan maaf, terutama sebagai menteri baru. “Kami berharap, setelah permintaan maaf, komunikasi selanjutnya harus lebih diperhatikan. Masyarakat memiliki cara tersendiri dalam menerima informasi, sehingga penting untuk menghindari sikap arogan atau sombong,” ujar Cholil Nafis usai menghadiri wisuda di UAG, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025).
Fakta Penting dalam Peringatan Ini
Peringatan Cholil Nafis kepada Menkeu Purbaya tidak hanya menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif, tetapi juga menekankan peran MUI sebagai wadah yang peduli terhadap kualitas pelayanan publik. Dengan mengingatkan Purbaya, Cholil berharap para menteri lainnya juga ikut memperhatikan sikap dan kata-kata mereka saat berinteraksi dengan masyarakat.
Dampak Sosial dari Peringatan Ini
Peringatan ini menunjukkan bahwa MUI tidak hanya fokus pada urusan agama, tetapi juga peduli dengan kualitas pelayanan publik. Melalui peringatan ini, Cholil Nafis juga mengajak masyarakat untuk lebih kritis dalam menerima informasi dari pejabat publik, sekaligus mengingatkan para pejabat untuk selalu berintrospeksi.
Penutup: Kebijakan yang Berdasarkan Empati
Dengan mengingatkan Menkeu Purbaya untuk menjaga lisan dan menghindari sikap arogan, Cholil Nafis menegaskan bahwa kebijakan publik tidak hanya berdasarkan data, tetapi juga harus berdasarkan empati dan kemanusiaan. Ini adalah langkah penting dalam memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *