Berita  

**Dari UU Tarif AS 1930 ke Krisis Modern: Apakah Sejarah Akan Berulang?**

**Dari UU Tarif AS 1930 ke Krisis Modern: Apakah Sejarah Akan Berulang?**
**Dari UU Tarif AS 1930 ke Krisis Modern: Apakah Sejarah Akan Berulang?**

Perang Dagang Baru di Ambang
Serangan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini menempatkan dunia di ambang perang dagang baru yang penuh dengan ketidakpastian. Sejak kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari silam, Trump sudah memberlakukan tarif terhadap berbagai negara dan produk. Namun, pada 2 April lalu, pada hari yang disebutnya sebagai “Hari Pembebasan,” Trump mengumumkan penerapan tarif sebesar 10% pada semua produk impor yang masuk ke AS, menambah intensitas ketegangan global.
Latar Belakang
Langkah Trump ini mengingatkan pada Jejak UU Tarif AS Tahun 1930, yang dikenal sebagai Hawley-Smoot Tariff, yang menjadi salah satu penyebab resesi ekonomi global yang parah pada zaman Depresi Besar. Dengan tarif tinggi yang ditetapkan pada berbagai produk impor, kebijakan tersebut memicu balas dendam dari negara lain, yang pada akhirnya merusak perdagangan internasional dan memperburuk krisis ekonomi dunia.
Fakta Penting
Trump mengklaim bahwa tarif baru ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dan menyelamatkan pekerja AS. Namun, analis ekonomi menyoroti risiko yang besar, termasuk kemungkinan terjadinya perang tarif yang merugikan semua pihak. Menurut laporan terbaru dari Bank Dunia, tarif yang tinggi dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global hingga 1,7%.
Dampak
Perang dagang yang sedang berkembang ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi AS, tetapi juga negara-negara mitra dagangnya, termasuk Tiongkok, Uni Eropa, dan Jepang. Banyak pengamat khawatir bahwa ketidakpastian perdagangan ini akan menghambat investasi dan konsumsi global, sehingga memperburuk kondisi ekonomi dunia.
Penutup
Sejarah menunjukkan bahwa tarif tinggi dapat memiliki dampak merusak yang jangka panjang. Dengan Jejak UU Tarif AS Tahun 1930 sebagai ingat-ingat, dunia perlu waspada terhadap risiko perang dagang yang sedang berkembang. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah langkah Trump akan menjadi batu loncatan untuk perdamaian ekonomi global, ataukah pengulangan sejarah yang merugikan semua pihak?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *