
Di atas geladak HMAS Canberra, alunan khas bagpipe menyambut Presiden Prabowo Subianto dengan hangat. Candaan ringan Prabowo: “Y ou know that I like bagpipe ,” disambut tawa Anthony Albanese, memperlihatkan seolah kedua pemimpin tengah memasuki babak baru hubungan yang teduh, akrab, dan penuh simpati personal.
Di hadapan publik, momen semacam ini mudah dibaca sebagai tanda bahwa Jakarta-Canberra sedang dalam kondisi terbaiknya: saling menghormati, saling terbuka, dan siap memperluas kerja sama strategis melalui perjanjian keamanan baru yang diumumkan hari itu.
Namun hubungan Jakarta-Canberra selalu mengajarkan satu hal yang tak boleh kita abaikan: kehangatan diplomatik tidak pernah menghapus sepenuhnya lapisan sejarah dinamika strategis yang lebih dalam. Canberra adalah salah satu mitra paling dekat Indonesia. Namun ia juga adalah mitra yang punya persepsi tidak pasti, seiring dengan iklim politik domestik dan pergantian Perdana Menteri (PM).






