
Di tengah hiruk pikuk pembahasan tentang pertumbuhan ekonomi , digitalisasi industri dan sistem keuangan, serta investasi asing, ada satu sumber daya besar yang kerap terlupakan dan cenderung disepelekan, pesantren. Bahkan selama ini pesantren sering dipandang sebagai lembaga pendidikan terbelakang dan ketinggalan zaman.
Padahal, lembaga pendidikan Islam yang telah berabad-abad menjadi bagian penting dari kehidupan sosial bangsa Indonesia ini sebenarnya menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa besar. Namun sayang, potensi tersebut belum sepenuhnya dioptimalkan sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi nasional.
Data Kementerian Agama menunjukkan terdapat lebih dari 40 ribu pesantren di seluruh Indonesia, dengan jumlah santri mencapai belasan juta orang. Angka ini bukan sekadar deretan angka statistik; ia menggambarkan sebuah ekosistem ekonomi yang hidup. Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga komunitas sosial-ekonomi dengan aktivitas konsumsi, produksi, dan distribusi yang terus berlangsung setiap hari.






