” Conformity is the jailer of freedom and the enemy of growth. “–John F Kennedy
Ada satu seni yang tak bisa dipelajari hanya dari buku. Tak bisa dikuasai hanya dengan latihan, dan tak bisa dipaksakan oleh sekadar jabatan. Seni itu adalah berbicara dengan logika untuk menemukan kepekaan dan memoles kata-katanya dengan hati. Semuanya untuk menemukan kebaikan. Seni seperti itu kadang tak ditemukan secara denotatif/harafiah melainkan ditelusuri secara konotatif/pemaknaan.
Sejatinya, komunikasi bukan hanya alat, tetapi juga wajah peradaban. Dari cara bangsa berbicara, kita bisa melihat bagaimana mereka berpikir, bagaimana mereka menghargai sesama, dan bagaimana mereka menuliskan jejak sejarahnya. Di podium Istana, seorang juru bicara kepresidenan dituntut untuk tak sekadar menjadi suara dari pemerintahan. Ia adalah jembatan antara kekuasaan dan rakyat.
